TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN C++

0

sorce code:

#include
#include
class trigonometri{
friend ostream& operator<>(istream&, trigonometri&);
public :
trigonometri();
void hitung_cosinus(){hasil1=cos((angka*3,14)/180);}
void hitung_sinus(){hasil2=sin((angka*3,14)/180);}
void hitung_tangen(){hasil3=tan((angka*3,14)/180);}
private :
int angka;
float hasil1;
float hasil2;
float hasil3;
};
trigonometri::trigonometri(){
cout<<”Program mencari trigonometri dari sebuah angka”<>(istream& in, trigonometri& masukan){
cout<>masukan.angka;
return in;
}
ostream& operator<<(ostream& out, const trigonometri& keluaran){
out<<”sudut yang akan dikonversi :”<<keluaran.angka<<endl<<endl;
out<<”dihitung dengan cosinus =”<<keluaran.hasil1<<endl;
out<<”dihitung dengan sinus =”<<keluaran.hasil2<<endl;
out<<”dihitung dengan tangen =”<<keluaran.hasil3<>x;
x.hitung_cosinus();
x.hitung_sinus();
x.hitung_tangen();
cout<<x;
return 0;
}
================== AKHIR DARI SYNTAX =====================
Class di atas bernama trigonometri yang di dalamnya terdapat operator overloading,ini ditandai dengan adanya syntax istream dan ostream,di atas juga terdapat header untuk library math yang di dalamnya terdapat operasi-operasi pada matematika,seperti sinus,cosinus,tangen,dll.Serta terdapat fungsi yang rumusnya terdapat di library math.h,yang rumusnya adalah cos((angka*3,14)/180)Pada saat memasukkan atau menginputkan data terdapat nilai balik yaitu in,sama halnya pada waktu mengeluarkan yang nilai baliknya out.
Pada saat pemanggilan di fungsi main,terdapat objek x,yang berfungsi mensubtitusikan nama kelasnya,dan pada waktu memanggil fungsi harus disertai dengan objeknya,seperti x.hitung_cosinus();.Oleh karena fungsi di atas tidak mempunyai nilai balik maka pada akhir main return 0;.

Penjumlahan Dua Matriks 1

0

Penjumlahan Dua Matriks 1
Bentuk umum matriks:
Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan yang diatur berdasarkan baris dan kolom/lajur. Bilangan- bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks atau disebut juga elemen atau unsur.

Source Code

#include
#include

void main() {
int i, j; //Definisikan i, j sebagai Index
int n, m; //Definisikan n, m sebagai Ordo
int M1[10][10]; //Definisikan M1 sebagai Matriks 1
int M2[10][10]; //Definisikan M2 sebagai Matriks 2
int M3[10][10]; //Definisikan M3 sebagai Matriks 3 (Hasil)

//Init proses
printf(“Masukan jumlah ordo : “);
scanf(“%i,%i”, &n, &m);
//Untuk Matriks 1
for(i = 0; i < n; i++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 1
for(j = 0; j < m; j++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 2
printf("Masukan elemen M1[%i,%i] : ", i + 1, j + 1);
scanf("%i", &M1[i][j]); //Baca inputan untuk tiap elemen array
}
}
//Untuk Matriks 2
for(i = 0; i < n; i++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 1
for(j = 0; j < m; j++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 2
printf("Masukan elemen M2[%i,%i] : ", i + 1, j + 1);
scanf("%i", &M2[i][j]); //Baca inputan untuk tiap elemen array
}
}
//Proses penjumlahan
for(i = 0; i < n; i++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 1
for(j = 0; j < m; j++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 2
M3[i][j] = M1[i][j] + M2[i][j]; //Jumlahkan tiap-tiap elemen
}
}
printf("Tekan Enter untuk lihat hasil\n");
getch(); //Tahan tampilan
//Tampilkan Hasil
clrscr(); //Bersihkan layar
printf("Hasil penjumlahan 2 matriks adalah : \n");
for(i = 0; i < n; i++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 1
for(j = 0; j < m; j++) { //Perulangan untuk proses array dimensi 2
printf("Hasil elemen [%i,%i] : %i\n", i + 1, j + 1, M3[i][j]);
}
}
getch(); //Tahan tampilan
}

ARRAY 1 DIMENSI

0

* Array satu dimensi

Merupakan sebuah variabel yang menyimpan sekumpulan data yang memiliki tipe sama dan elemen yang akan diakses hanya melalui 1 indeks atau subskrip.

CONTOH PROGRAM array 1 dimensi

Program coba_array;
Uses wincrt;
Var
i,jum_data:integer;
nama:array [1..20] of string;
Begin
writeln(‘MENCETAK NAMA MAHASISWA DENGAN ARRAY’);
writeln;
write(‘masukkan jumlah data : ‘);readln(jum_data);
for i:=1 to jum_data do
Begin
write(‘masukkan nama ke ‘,i,’ : ‘);readln(nama[i]);
end;
writeln;
writeln(‘No Nama’);
writeln(‘———————-’);
for i:=1 to jum_data do
writeln(i:5,nama[i]:15);
End.

Contoh program array 2 dimensi

Program coba_array2_dimensi;
Uses wincrt;
const maks=3;
Var
i,j:integer;
matriks:array [1..maks,1..maks] of integer;
Begin
writeln(‘MENGISI MATRIKS A’);
writeln;
for i:=1 to maks do
for j:=1 to maks do begin
write(‘A [‘,i,’,’,j,’] : ‘);readln(matriks[i,j]);
end;writeln;
writeln(‘ISI MATRIKS A’);
writeln(‘————-’);
for i:=1 to maks do
for j:=1 to maks do begin
if j=maks then writeln(matriks[i,j])
Else write(matriks[i,j],’ ‘);
end;
End.

SEARCHING dan SORTING

0

1. Pengertian Searching
Pencarian (Searching) merupakan proses yang fundamental dalam pemrograman, guna menemukan data (nilai) tertentu di dalam sekumpulan data yang bertipe sama. Fungsi pencarian itu sendiri adalah untuk memvalidasi (mencocokkan) data.

2. Metode pencarian dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Metode Pencarian Beruntun
Konsep yang digunakan dalam metode ini adalah membandingkan data-data yang ada dalam kumpulan tersebut, mulai dari elemen pertama sampai elemen ditemukan, atau sampai elemen terakhir.
2. Metode Pencarian Bagi Dua (Binary Search)
Metode ini diterapkan pada sekumpulan data yang sudah terurut (menaik atau menurun). Metode ini lebih cepat dibandingkan metode pencarian beruntun. Data yang sudah terurut menjadi syarat mutlak untuk menggunakan metode ini.
Konsep dasar metode ini adalah membagi 2 jumlah elemennya, dan menentukan apakah data yang berada pada elemen paling tengah bernilai sama, lebih dari atau kurang dari nilai data yang akan dicari. Jika bernilai sama, maka langsung data yang dicari ditemukan. Jika data di elemen terurut naik, maka jika data yang berada di tengah kurang dari data yang dicari, maka pencarian selanjutnya berkisar di elemen tengah ke kanan, dan begitu seterusnya sampai ketemu atau tidak sama sekali. Dan sebaliknya untuk nilai data yang berada di tengah lebih dari data yang dicari, maka pencarian selanjutnya berkisar di elemen tengah ke kiri, dan begitu seterusnya sampai ketemu atau tidak sama sekali. Dan demikian sebaliknya untuk data yang terurut menurun. Dalam hal ini tentukan indeks paling awal dan indeks paling akhir, untuk membagi 2 elemen tersebut.
Indeks awal = i, dimana nilai i, pada awalnya bernilai 0;
Indeks akhir = j, dimana nilai j, pada awalnya bernilai sama dengan jumlah elemen.

contoh script 1:
//#include
#include
#include
//#pragma hdrstop
//#pragma argsused
int main(int argc , char* argv[])
{
int x,i,k;
int l[10]={20,15,22,30,60,28,17,18,21,22};
printf(“Data yang dicari = “); scanf(“%d”,&x);
k=0;
for(i=0;i<9;i++)
{
if(l[i]==x)
{
printf("Data ditemukan di elemen %d\n",i);
k++;
}
}
if(k==0)
{
printf("Data tidak ditemukan\n");
}
printf("Jumlah data yang ditemukan = %d",k);
getch();
return 0;
}
contoh script 2:
//#include
//#include hrdstop
#include
#include

//#pragma argsused
int main(int argc, char* argv[])
{
int X,i,j,k,p;
int L[10]={12,14,15,17,23,25,45,67,68,70};

/*Menentukan apakah terurut menaik atau menurun*/
/*Variabel p digunakan untuk kode, apakah menaik atau menurun*/
/*Jika p=0, maka data terurut menaik*/
/*Jika p=1, maka data terurut menurun*/

if (L[0]<L[9])
{
printf("Data terurut menarik \n");
p=0;
}
else
{
printf("Data terurut menurun \n");
p=1;
}

/*input data X yang akan dicari*/

printf("Data yang dicari="); scanf("%d",&X);

/*Penentuan indeks awal dan akhir semula*/
i=0;
j=9;

/*proses perulangan untuk menentukan nilai tengah k */

do
{
k=(i+j)/2;
if (p==0) //jika data terurut menaik
{
if (L[k]==X)
{
printf ("Data ditemukan di elemen %d",k);
getch();
return 0; //langsung keluar program
}
else if(L[k]X)
{
i=k;
}
else
{
j=k;
}
}
}
while(k!=0); //sampai nilai k=0, iterasi berakhir
printf(“data tida ditemukan!!”);
getch();
return 0;
}

Mencari bilangan Prima

0

>> Definisi Bilangan Prima: Bilangan yang faktor pembaginya adalah bilangan 1 dan bilangan itu sendiri.
Dari pengertian Bilangan Prima diatas, kita bisa menyimpulkan kalo
bilangan prima itu hanya habis dibagi dengan 1 dan bilangan itu
sendiri.
>> Criteria Bilangan Prima:

1. Bilangan yang habis dibagi dengan 1 dan bilangan itu sendiri.
2. Angka 1bukan merupakan bilangan prima
3. Angka 2 merupakan bilangan prima
Dan untuk menentukan apakah bilangan tersebut bilangan prima atau

bukan,kita bisa mencarinya dengan sisa hasil bagi dari angka tersebut.
Contoh :
Angka 6adalah bukan prima
Angka 7 adalah prima
Cara menentukanya dengan sisa hasil baginya (Mo d )
6 mod 1 =0
7 mod 1 = 0
6 mod 2 =0
7 mod 2= 1
6 mod 3 =0
7 mod 3= 1
6 mod 4 =2
7 mod 4= 3
6 mod 5 =1
7 mod 5= 2
6 mod 6 =0
7 mod 6= 1
7 mod 7= 0

Dari contoh diatas dapat kita simpulkan bahwa apabila sisa hasil bagi adalah 0,tapi dengan catatan bahwa sisa hasil bagi dimulai dari 2 dan bilangan itu sendiri dan dikurangi 1.

berikut contoh programnya:

#include
#include

using namespace std;
int main(){
int i, a, jumlah=0;———–>penjelasanya /*variabel jumlah digunakan untuk menghitung
banyaknya bilangan yang mempunyai sisa hasil bagi 0*/
cout<<”PROGRAM MENENTUKAN BILANGAN PRIMA”<<endl;
cout<<”=================================”<<endl;
couta;—————->penjelasanya //a adalah bilangan yang ingin dibuktikan
for(i=1;ipenjelasanya/*bilangan prima adalah bilangan yang habis dibagi oleh 2 bilangan,
1 dan bilangan itu sendiri. jika bilangan mempunyai sisa hasil bagi 0,
maka variabel jumlah akan ditambahkan 1 */
}
if(jumlah==2){———–>penjelasanya//jika bilangan itu hanya mempunyai 2 bilangan pembagi habis, maka bilangan itu prima
cout<<”Bilangan prima”;
}else{
cout<<”Bukan bilangan prima”;
}
getch();
return 0;
}

contoh program backtracking “langkah catur kuda ” C++

0

#include
#include
#include
const int DIM = 8 ;
const int MAX = DIM * DIM -1 ;
int v[DIM][DIM], row[MAX], col[MAX], rp,cp, index, MIN,p;
int A[DIM][DIM] =
{
{2,3,4,4,4,4,3,2},
{3,4,6,6,6,6,4,3},
{4,6,8,8,8,8,6,4},
{4,6,8,8,8,8,6,4},
{4,6,8,8,8,8,6,4},
{4,6,8,8,8,8,6,4},
{3,4,6,6,6,6,4,3},
{2,3,4,4,4,4,3,2}
};
int dx[] = { 2, 1, -1, -2, -2, -1, 1, 2 },
dy[] = { 1, 2, 2, 1, -1, -2, -2, -1 } ;
void direction()
{
int i ;
int C0_dx[] = { 2, 1, -1, -2, -2, -1, 1, 2 }, // better for col 0
C0_dy[] = { 1, 2, 2, 1, -1, -2, -2, -1 } ;
int C7_dx[] = { -2, -1, 1, 2, 2, 1, -1, -2 }, // better for col 7
C7_dy[] = { -1, -2,-2, -1, 1, 2, 2, 1 } ;
int R0_dx[] = { 1, 2, 2, 1, -1, -2, -2, -1 }, // better for row 0
R0_dy[] = { -2, -1, 1, 2, 2, 1, -1, -2 } ;
int R7_dx[] = { -2, -2, -1, 1, 2, 2, 1, -1 }, // better for row 7
R7_dy[] = { 1, -1, -2, -2, -1, 1, 2, 2 } ;
if ( cp < rp && cp < 4 )
for ( i = 0 ; i rp && cp > 3 )
for ( i = 0 ; i < 8 ; i++ )
{
dx[i] = C7_dx[i] ;
dy[i] = C7_dy[i] ;
}
if ( rp < cp && rp < 4 )
for ( i = 0 ; i cp && rp > 3 )
for ( i = 0 ; i < 8 ; i++ )
{
dx[i] = R7_dx[i] ;
dy[i] = R7_dy[i] ;
}
}
int valid( int a,int b ) {
if ( a = DIM || b = DIM )
return 0 ;
//if( a == rp && b == cp ) return 0 ;
return 1 ;
}
void Try(int r,int c,int pos ) {
int i,j,nr,nc ;
int *a ;
a = new int[8] ;
if( pos == MAX )
{
r = row[62] ;
c = col[62] ;
for ( i = 1 ; i < 8 ; i++ )
{
nr = r + dx[i] ;
nc = c + dy[i] ;
if ( valid( nr,nc ) && !v[nr][nc] )
break ;
}
if ( i == 8 ) return ;
r = nr ;
c = nc ;
for ( i = 0 ; i < 8 ; i++ )
{
nr = r + dx[i] ;
nc = c + dy[i] ;
if ( valid( nr,nc ) && nr == 5 && nc == 7 )
break ;
}
if ( i == 8 ) return ;
for ( i = 0 ; i < MAX ; i++ )
{ v[ row[i] ][ col[i] ] = i+1 ; }
for ( i = 0 ; i < 8 ; i++ )
{
for ( j = 0 ; j < 8 ; j++ )
{
if ( v[i][j] == 0 ) v[i][j] = 64 ;
printf("%-4d ",v[i][j] ) ;

}
printf("\n\n");
}
exit(0);
}
v[r][c] = pos + 1 ;
for ( i = 0 ; i < 8 ; i++ )
{
nr = r + dx[i] ;
nc = c + dy[i] ;
if( nr = 0 && nc = 0 && v[nr][nc] == 0 )
a[i] = –A[nr][nc] ;
else a[i] = 10 ;
}
for ( i = 0 ; i < 8 ; i++ )
{
MIN = 10 ;
for ( j = 0 ; j < 8 ; j++ )
{
if ( a[j] < MIN )
{
MIN = a[j] ;
p = j ;
}
}
a[p] = 10 ;
if ( MIN == 10 ) break ;
nr = r + dx[p] ;
nc = c + dy[p] ;
index++ ;
row[index] = nr ;
col[index] = nc ;
Try( nr,nc, pos+1 ) ;
index– ;
v[nr][nc] = 0 ;
}
delete [] a ;
}
int main() {
int i,j ;
index = 0 ;
for ( i = 0 ; i < DIM ; i++ )
for ( j = 0 ; j < DIM ; j++ )
v[i][j] = 0 ;
/* printf("Enter Starting Row and Column : ");
scanf("%d%d",&rp,&cp ) ;
printf("\n");
rp– ;
cp– ; */
rp = 5 ;
cp = 7 ;
direction();
row[0] = rp ; col[0] = cp ;
v[rp][cp] = 1 ;
Try( rp,cp,0 ) ;
return 0 ;
getch();
}

REKURSIF

0

Di bawah ini adalah program pencarian jalan keluar dari suatu peta berliku dengan menggunakan metode rekursif, dan peta diambil dari file “.txt” tertentu dimana , yang dirubah ke dalam sebuah array dua dimensi. Dimana tembok penghalang pada contoh saya di bawah, saya inisialisasikan angka delapan(8) dan sewaktu-waktu dapat anda rubah tanpa harus merubah sourcecode. Titik pencarian bermula dari yang ditentukan oleh user yang telah di tulis pada file yang sama dengan file peta. Kemudian terus mencari titik akhir yang tak lain adalah array tersebut berisi huruf Q.

file peta (peta.txt):
14 –>banyak colom pada peta
12 –>banyak baris pada peta
88888888888888
8 88 8 8 8
88 88 8 8 8
88 88 888
8 88 888 8
8 888 88 88
888 88 8 8
8Q888 8 8 8
8 88888888 8
888 8 8 8
8 8 8 8
88888888888888
2 –>start pencarian
2 –>start pencarian

Format penulisan harus sama, dan tidak boleh salah baik panjang kolom dan panjang baris. Dan start pencarian tidak boleh berawal dari tembok, dan harus terletak pada bagian kosong (‘ ‘ atau spasi).

Source code (OK.cpp):
#include
#include
#include

char x[4],z[4],maze[100][100],start_x[100],start_z[100];
int baris,kolom;

void gambar(){
for(int a=0;a<kolom;a++){
for(int b=0;b<baris;b++){
printf(“%3c”,maze[a][b]);
}
printf(“nn”);
}
}

int Atas=1, Kanan=2, Bawah=3, Kiri=4;
void cari(int i,int j){
int a=7;
char sel=maze[i][j],Arah;
if(sel==’Q'){

printf(“Ternyata Komputer ini dapat menemukan jalan keluarnya sendiri…n”);
getch();
exit(0);}
if(sel!=’ ‘)return ;
maze[i][j]=28;
system(“cls”);
gambar(); printf(“%c”,7);

printf(“nnn”);

for(int z=0;z<15000000;z++);

cari(i,j+1);
cari(i+1,j);
cari(i,j-1);
cari(i-1,j);

}

main(){
FILE *FP;
FP=fopen(“peta.txt”,”rt”);
fgets(x,4,FP);fgets(z,4,FP);

baris=atoi(x);kolom=atoi(z);
getch();
for(int i=0;i<kolom;i++)fgets(maze[i],100,FP);

fgets(start_z,100,FP);fgets(start_x,100,FP);
int a=atoi(start_x);int b=atoi(start_z);

gambar();
puts(“Inilah Gambar untuk dicari jalan keluarnya….”);
puts(“Tekan sembarang untuk memulainya”);
printf(“Permulaan pada koordinat %d,%d”,b,a);

getch();
cari(a-1,b-1);
system(“cls”);
printf(“Salah Inputan untuk permulaan posisi”);
getch();
}

FUNCTIONS

0

Using functions we can structure our programs in a more modular way, accessing all the potential that structured programming can offer to us in C++.

A function is a group of statements that is executed when it is called from some point of the program. The following is its format:

type name ( parameter1, parameter2, …) { statements }

where:
• type is the data type specifier of the data returned by the function.
• name is the identifier by which it will be possible to call the function.
• parameters (as many as needed): Each parameter consists of a data type specifier followed by an identifier, like any regular variable declaration (for example: int x) and which acts within the function as a regular local variable. They allow to pass arguments to the function when it is called. The different parameters are separated by commas.
• statements is the function’s body. It is a block of statements surrounded by braces { }.

Here you have the first function example:

// function example
#include
using namespace std;

int addition (int a, int b)
{
int r;
r=a+b;
return (r);
}

int main ()
{
int z;
z = addition (5,3);
cout << "The result is " << z;
return 0;
} The result is 8

In order to examine this code, first of all remember something said at the beginning of this tutorial: a C++ program always begins its execution by the main function. So we will begin there.

We can see how the main function begins by declaring the variable z of type int. Right after that, we see a call to a function called addition. Paying attention we will be able to see the similarity between the structure of the call to the function and the declaration of the function itself some code lines above:

The parameters and arguments have a clear correspondence. Within the main function we called to addition passing two values: 5 and 3, that correspond to the int a and int b parameters declared for function addition.

At the point at which the function is called from within main, the control is lost by main and passed to function addition. The value of both arguments passed in the call (5 and 3) are copied to the local variables int a and int b within the function.

Function addition declares another local variable (int r), and by means of the expression r=a+b, it assigns to r the result of a plus b. Because the actual parameters passed for a and b are 5 and 3 respectively, the result is 8.

The following line of code:
return (r);

finalizes function addition, and returns the control back to the function that called it in the first place (in this case, main). At this moment the program follows its regular course from the same point at which it was interrupted by the call to addition. But additionally, because the return statement in function addition specified a value: the content of variable r (return (r);), which at that moment had a value of 8. This value becomes the value of evaluating the function call.

So being the value returned by a function the value given to the function call itself when it is evaluated, the variable z will be set to the value returned by addition (5, 3), that is 8. To explain it another way, you can imagine that the call to a function (addition (5,3)) is literally replaced by the value it returns (8).

The following line of code in main is:
cout << "The result is " << z;

Program Deret

0

1. 1 susunan (dl bentuk garis lurus) teratur yg sama arah, jarak, tinggi, dan tingkatan;

2 Stat kumpulan zat, bilangan, atau kuantitas lain pd kumpulan yg sama yg disusun secara beraturan;
3 Ling hubungan antara unsur bahasa secara linear, msl deret fonem dl kata; realisasi dr urutan;
— acak Stat deret bilangan yg dianggap telah ditarik secara acak dr suatu sebaran tetap;
ber·de·ret v
1 bersusun (dl bentuk garis lurus) teratur: pembeli karcis ~ di depan loket;
2 merupakan deret yg panjang (berjajar atau beruntun-runtun): pohon asam ~ di sepanjang jalan;
men·de·ret·kan v mengatur atau menjadikan berderet-deret: ~ kata-kata dr atas ke bawah;
de·ret·an n hasil menderetkan;

Berikut contoh program DEret:

#include
#include

using namespace std;

class hitung
{

public:
int proses();
void input();

private:
int n;
float rumus,jumlah,total;
};

void hitung::input()
{
cin >> n;
cout << endl;
}

int hitung::proses()
{
jumlah = 0;
total = 0;
rumus = -1;

for(int j=1; j<=n; j++){
rumus = (rumus * (-1));
total = rumus / j;
jumlah+= total;
if(j==1)
cout << " ( " << total < 1)
cout << " + ( " << total << " ) ";
}

cout << endl << endl << " Jumlah Rekursif = " << jumlah;
cout << endl;

return jumlah;
}

int main(int argc, char *argv[])
{
cout << " Program Menghitung Jumlah dari Dumus 1-(1/2)+(1/3)-(1/4)+…+(1/n) ";
cout << endl;
cout << endl;
cout << " Masukkan Nilai n : ";

hitung deret;
deret.input();
deret.proses();

system("PAUSE");
return EXIT_SUCCESS;
}

PERNYATAAN Switch

0

Pernyataan swich adalah pernyataan yang digunakan untuk menjalankan salah
satu pernyataan dari beberapa kemungkinan pernyataan, berdasarkan nilai dari sebuah
ungkapan dan nilai penyeleksian.
Pernyataan if…else if jamak dapat dibangun dengan pernyataan switch.
Bentuk Umumnya :

witch (ekspresi)
{
case konstanta1 :
pernyataan1 ;
break ;
case konstanta2 :
pernyataan2 ;
break ;
case konstanta3 :
pernyataan3 ;
break ;
:
:
case konstantan
:
pernyataanN ;
break ;
default :
pernyataanlain;
}

Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Dibelakang keyword case harus diikuti oleh sebuah konstanta, tidak boleh diikuti
oleh ekspresi ataupun variable.
2. Konstanta yang digunakan bertipe int atau char
3. Jika bentuknya seperti diatas maka apabila ekspresi sesuai dengan konstanta2
maka pernyataan2, pernyataan3 sampai dengan pernyataanlain dieksekusi. Untuk
mencegah hal tersebut, gunakan keyword break;. Jika keyword break digunakan
maka setelah pernyataan2 dieksekusi program langsung keluar dari pernyataan
switch. Selain digunakan dalam switch, keyword break banyak digunakan untuk
keluar dari pernyataan yang berulang ( looping ).